Jakarta, RadarYogyakarta.com – Kualitas tidur anak memiliki peran krusial dalam proses pertumbuhan, terutama karena berkaitan langsung dengan produksi hormon pertumbuhan. Hal ini disampaikan oleh dr. Yuni Astria, Sp.A, dalam sebuah diskusi kesehatan bertajuk “Tidur Nyenyak Anak Hebat” yang digelar di Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Menurut dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia tersebut, hormon pertumbuhan atau growth hormone diproduksi paling aktif saat anak memasuki fase tidur dalam (non-REM), sekitar 1,5 hingga 3,5 jam setelah anak tertidur.
“Puncak produksi hormon pertumbuhan terjadi antara pukul 23.00 hingga 01.00 dini hari. Jika tidur anak terganggu, maka produksi hormon ini juga bisa terganggu,” ujarnya.
Hormon Tidur Berpengaruh pada Tinggi Badan dan Imunitas
Hormon pertumbuhan bukan hanya penting untuk memacu tinggi badan anak, tapi juga memainkan peran dalam pembentukan otot, tulang, serta pengaturan metabolisme tubuh, termasuk metabolisme gula dan lemak.
Dr. Yuni menjelaskan, gangguan pada hormon ini dapat berdampak langsung pada kadar hormon Thyroid Stimulating Hormone (TSH). “Jika produksi hormon pertumbuhan menurun, kadar TSH bisa naik, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan anak. Anak berisiko memiliki tinggi badan lebih rendah dari teman seusianya,” jelasnya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa kualitas tidur bukan satu-satunya faktor, namun menjadi salah satu aspek penting yang berkontribusi besar terhadap tumbuh kembang anak.
Melatonin, Kortisol, dan Risiko Obesitas
Selain growth hormone, dr. Yuni juga menyoroti peran hormon melatonin dalam mengatur siklus tidur. Hormon ini memberi sinyal alami pada tubuh kapan saatnya tidur dan kapan harus terjaga.
“Melatonin diproduksi lebih banyak di malam hari. Jika produksinya turun akibat tidur yang kurang atau terganggu, maka hormon lain seperti insulin dan leptin yang mengatur metabolisme juga akan terpengaruh,” paparnya.
Dampaknya, risiko obesitas dan diabetes di usia dewasa bisa meningkat jika anak terbiasa tidur tidak nyenyak.
Tak hanya itu, penurunan melatonin juga berpengaruh pada peningkatan hormon kortisol—dikenal sebagai hormon stres. “Kadar kortisol yang tinggi membuat anak mudah rewel, emosional, dan tidak stabil secara suasana hati,” ujar dr. Yuni.
Pesan untuk Orang Tua: Jadwalkan Tidur Anak dengan Konsisten
Dr. Yuni menekankan pentingnya membiasakan jadwal tidur yang teratur dan menciptakan suasana tidur yang tenang bagi anak.
“Orang tua harus memastikan anak tidur cukup, berkualitas, dan dalam kondisi lingkungan yang mendukung, karena ini adalah investasi penting untuk masa depan tumbuh kembang mereka,” pungkasnya.