Radaryogyakarta.com – Industri sepeda motor di Indonesia kembali menunjukkan geliat positif. Data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat adanya peningkatan distribusi kendaraan roda dua secara signifikan selama bulan Mei 2025. Namun, di balik angka-angka itu, ada satu elemen penting yang disebut sebagai kunci keberlanjutan pertumbuhan—yakni peran perusahaan pembiayaan.
Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, menekankan bahwa perusahaan pembiayaan masih memegang kendali penting dalam menggerakkan penjualan sepeda motor di tanah air. Fleksibilitas dalam menerima nasabah baru disebut menjadi faktor penentu yang sangat memengaruhi volume penjualan.
“Sekarang ini perusahaan pembiayaan benar-benar selektif. Mereka harus menjaga rasio kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL),” ungkap Sigit kepada ANTARA, Rabu (11/6).
Ia menambahkan, kehati-hatian ini memang wajar di tengah kondisi ekonomi yang masih rentan, terutama akibat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masih menghantui berbagai sektor industri. “Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah konsumen mampu melanjutkan pembayaran dalam 3 hingga 6 bulan ke depan. Ini menjadi tantangan besar,” tambahnya.
Meski begitu, Sigit optimistis bahwa jika pemerintah mampu memberikan solusi konkret bagi masyarakat terdampak, maka geliat pembelian kendaraan roda dua bisa kembali melonjak. “Kalau masalah ini bisa diatasi, perusahaan pembiayaan akan lebih percaya diri untuk mendanai, dan penjualan motor otomatis ikut meningkat,” jelasnya.
Penjualan Motor Tumbuh Signifikan, Mei Jadi Titik Balik?
Berdasarkan data resmi AISI, sepanjang Januari hingga Mei 2025, sebanyak 2.595.303 unit sepeda motor telah berhasil didistribusikan ke pasar domestik. Angka ini menjadi sinyal positif bagi pelaku industri otomotif yang sempat mengalami tekanan di awal tahun.
Khusus bulan Mei, terjadi lonjakan penjualan signifikan. Dari sebelumnya hanya 406.691 unit pada April, penjualan melonjak menjadi 505.350 unit pada Mei—naik lebih dari 24 persen. Angka ini bukan hanya menunjukkan minat beli konsumen yang mulai pulih, tetapi juga memberi sinyal bahwa momentum pemulihan sedang terjadi.
Tak hanya di dalam negeri, pasar ekspor pun mengalami pertumbuhan. AISI mencatat pengiriman motor ke luar negeri mencapai 49.618 unit pada Mei 2025, meningkat dari bulan sebelumnya yang hanya mencatat 38.254 unit.
Sementara itu, dalam skema ekspor Completely Knock Down (CKD), atau dalam bentuk komponen yang dirakit di negara tujuan, pengiriman meningkat dari 647.426 unit menjadi 717.251 unit pada bulan Mei. Kenaikan ini menegaskan bahwa industri otomotif roda dua Indonesia tak hanya bangkit secara lokal, tapi juga bersiap menembus pasar global dengan lebih agresif.
Perusahaan Pembiayaan Jadi Tulang Punggung Konsumen
Salah satu faktor yang membuat sepeda motor tetap menjadi pilihan utama masyarakat adalah harganya yang lebih terjangkau dibandingkan mobil. Namun, tanpa dukungan perusahaan pembiayaan, daya beli masyarakat akan terhambat.
Menurut Sigit, konsumen saat ini sangat bergantung pada sistem kredit. “Tanpa pembiayaan, pasar kita akan stagnan. Mayoritas pembeli motor menggunakan fasilitas cicilan,” katanya.
Namun, tingginya selektivitas perusahaan pembiayaan saat ini bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, perusahaan ingin meminimalkan risiko gagal bayar. Di sisi lain, seleksi yang terlalu ketat bisa menyulitkan calon pembeli motor yang sebenarnya layak namun terdampak secara ekonomi dalam jangka pendek.
Harapan pada Peran Pemerintah
Dalam kondisi ini, Sigit berharap pemerintah turun tangan dengan kebijakan yang berpihak pada masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama mereka yang terdampak PHK. Program pemulihan ekonomi, subsidi bunga, atau jaminan pembiayaan bisa menjadi opsi untuk mendorong kepercayaan sektor pembiayaan terhadap konsumen.
“Kalau perusahaan pembiayaan merasa aman dan yakin, mereka akan lebih agresif dalam menyalurkan kredit. Artinya, industri sepeda motor akan kembali mengalami lonjakan penjualan,” ujar Sigit menutup pernyataannya.
Penutup
Data penjualan yang melonjak di bulan Mei memberi harapan baru bagi industri sepeda motor Indonesia. Namun, jalan menuju pertumbuhan yang stabil tidak bisa ditempuh tanpa dukungan dari perusahaan pembiayaan. Dengan situasi ekonomi yang masih rawan dan ancaman PHK yang belum sepenuhnya hilang, peran pemerintah sebagai penengah dan penyelaras menjadi sangat krusial.
Jika ekosistem pembiayaan diperkuat, bukan tidak mungkin penjualan sepeda motor bisa menembus rekor baru di tahun 2025 ini.