Kulonprogo, RadarYogyakarta.com – Rendahnya tingkat kunjungan ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kulonprogo menjadi sorotan serius Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disperpusip) setempat. Kepala Disperpusip Kulonprogo, Duana Heru Supriyanta menyebut, angka kunjungan harian yang hanya berkisar antara 75 hingga 100 orang saat tidak ada kegiatan, dan naik menjadi 250 saat ada agenda khusus, belum mencerminkan tingginya minat baca masyarakat.
“Indeks kegemaran membaca masyarakat Kulonprogo masih di angka 74, itu masih tergolong rendah,” ujar Duana, Senin (12/5/2025).
Padahal, Perpusda telah menyediakan sekitar 50.000 eksemplar buku yang dapat diakses masyarakat. Letak Perpusda yang berada di pusat pemerintahan Wates dinilai menjadi salah satu kendala utama. Warga di wilayah seperti Samigaluh, Kokap, hingga Girimulyo, yang berada cukup jauh dari pusat kota, kesulitan untuk mengakses layanan perpustakaan.
Sebagai bentuk pemerataan akses literasi, pihaknya terus menggenjot operasional Perpustakaan Keliling (Pusling) yang menyasar pelosok Kulonprogo. Saat ini, layanan Pusling telah menjangkau 61 titik, dan jumlah tersebut bertambah setiap tahunnya.
Namun, Duana mengakui Pusling masih menghadapi berbagai keterbatasan, terutama pada aspek kendaraan dan anggaran operasional. “Dana untuk bahan bakar cenderung stagnan, bahkan terkadang mengalami penurunan. Padahal, kebutuhan operasional terus meningkat,” jelasnya.
Untuk menyiasati kendala tersebut, sistem peminjaman buku atau book loan diterapkan. Buku-buku disalurkan ke sekolah-sekolah dengan masa pinjam antara 10 hari hingga satu bulan, sebelum digilir ke sekolah lain. Fokus distribusi Pusling diarahkan ke lembaga pendidikan seperti TK, SD, dan SMP.
“Banyak sekolah di daerah terpencil belum memiliki perpustakaan sendiri. Bahkan ada yang sama sekali tidak punya karena terkendala lahan dan anggaran,” ujar Duana. Ia mencontohkan, di wilayah Samigaluh, Girimulyo, dan Kokap, kondisi geografis seperti tebing dan jurang menjadi hambatan pembangunan fasilitas perpustakaan permanen.
Untuk menunjang operasional, Disperpusip mengerahkan empat unit kendaraan mobil jenis Hiace. Masing-masing unit menghabiskan biaya sekitar Rp200.000 untuk bahan bakar sekali jalan. Dalam satu hari, Pusling dapat menjangkau 8 hingga 12 titik, terbatas pada daerah yang dapat dilalui kendaraan roda empat.
“Respon dari masyarakat di wilayah pegunungan cukup tinggi. Berbeda dengan di wilayah perkotaan yang justru cenderung kurang antusias terhadap layanan buku keliling,” ungkap Duana.
Sementara itu, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana SD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kulonprogo, Wisnu Handiri Prasetyo, mencatat ada 335 SD di wilayah tersebut. Meski jumlahnya cukup besar, ia mengaku belum mengetahui secara pasti berapa banyak sekolah yang telah memiliki perpustakaan layak.
Pusling kini menjadi ujung tombak pemerataan literasi di Kulonprogo. Kendati masih menghadapi tantangan, Disperpusip optimistis program ini mampu meningkatkan minat baca, terutama di kawasan yang selama ini sulit menjangkau fasilitas literasi.