Gaza, RadarYogyakarta.com – Militer Israel kembali menggempur Jalur Gaza pada Senin malam (12/5/2025), hanya beberapa jam setelah jeda sementara yang memungkinkan pembebasan sandera berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat dan Israel, Edan Alexander, oleh Hamas.
Menurut laporan jurnalis Anadolu yang mengutip keterangan tim medis setempat, salah satu serangan udara menghantam kawasan Al-Daraj dan mengenai Sekolah Al-Ramlah, yang selama ini digunakan sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi.
Serangan lain dilaporkan menyasar sebuah bangunan apartemen di wilayah yang sama. Akibatnya, sejumlah warga Palestina mengalami luka-luka. Seorang perempuan dilaporkan tewas, sementara seorang anak mengalami luka serius.
Serangan Meluas ke Berbagai Wilayah
Tak hanya di pusat kota, gelombang serangan Israel juga menjalar ke kawasan timur Khan Younis di selatan Gaza dan wilayah utara Provinsi Rafah. Serangan tersebut menjadi eskalasi lanjutan setelah pembebasan Edan Alexander dikonfirmasi oleh Komite Palang Merah Internasional.
Channel 14, media Israel, melaporkan pada Senin pagi bahwa otoritas militer negara itu telah bersiap melanjutkan operasi militer skala penuh di Gaza segera setelah Alexander dipastikan berada di wilayah Israel.
“Saat Edan Alexander telah kembali ke wilayah kami, operasi militer akan dilanjutkan kecuali ada keputusan berbeda dari otoritas politik,” ujar seorang pejabat tinggi militer Israel, seperti dikutip Channel 14.
Bebas Berkat Negosiasi AS, Tanpa Keterlibatan Israel
Pembebasan Edan Alexander dilakukan setelah adanya mediasi diplomatik yang melibatkan Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. Menariknya, dalam negosiasi ini Israel tidak dilibatkan secara langsung.
Melalui pernyataan resmi, Hamas mengonfirmasi bahwa pembebasan Alexander dilakukan setelah mereka berkomunikasi langsung dengan pemerintah AS dalam rangka mendukung upaya menuju gencatan senjata di Gaza.
“Hamas membebaskan prajurit berkewarganegaraan AS, Edan Alexander, setelah melakukan kontak dengan Washington sebagai bagian dari upaya internasional untuk meredakan konflik dan mencapai kesepakatan gencatan senjata,” demikian pernyataan dari kelompok tersebut.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Konflik yang terus membara di Jalur Gaza telah memicu kekhawatiran luas di tingkat global, khususnya terkait kondisi kemanusiaan. Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sedikitnya 57 anak-anak di Gaza meninggal dunia akibat kelaparan yang dipicu blokade berkepanjangan oleh Israel.
PBB pun kembali memperingatkan bahwa lebih dari 2,1 juta warga Gaza kini berada dalam ancaman kelaparan ekstrem dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan yang cepat dan aman.