Jakarta (RadarYogyakarta.com) – Kementerian Pariwisata diharapkan segera menyusun blue print atau rencana keberlanjutan bagi desa wisata yang baru saja menerima penghargaan internasional, seperti UN Tourism 2024 dan ASEAN Tourism 2025. Langkah ini dinilai penting untuk memastikan pengelolaan destinasi wisata yang lebih terarah dan berkelanjutan.
Pengamat pariwisata dari Universitas Andalas Padang, Sari Lenggogeni, mengatakan bahwa blue print tersebut akan memberikan arahan yang jelas dalam pembangunan desa wisata. “Dengan adanya blue print pariwisata, ada grand design dan master plan untuk destinasi wisata, sehingga ketika wisatawan datang, ekosistem pariwisata bisa terbangun dengan baik,” ujar Sari, Rabu (5/2).
Sari menambahkan bahwa tujuan dari blue print ini adalah untuk menciptakan ekosistem pariwisata yang lebih matang, termasuk mempersiapkan masyarakat desa menghadapi lonjakan jumlah wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Desa wisata yang meraih penghargaan internasional, menurutnya, tidak hanya perlu fokus pada pengembangan tempat destinasi atau atraksi wisata semata. Promosi yang sudah gencar dilakukan ke kancah global harus diimbangi dengan kesiapan destinasi dalam hal manajemen dan pelayanan.
“Sangat penting untuk mempersiapkan manajemen destinasi, termasuk desain pengalaman wisatawan dan informasi perjalanan yang jelas. Itu semua harus terintegrasi dengan baik,” jelas Sari.
Lebih lanjut, Sari mengungkapkan bahwa desa wisata harus mendorong kemajuan ekonomi lokal melalui pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pendirian pusat souvenir, serta penyusunan paket-paket wisata yang menarik. Selain itu, ketersediaan homestay yang ramah, aman, dan nyaman juga harus dipastikan untuk mendukung kenyamanan para wisatawan.
“Semuanya harus dipersiapkan dengan matang, mulai dari protokol CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment), kebersihan, hingga layanan hospitality yang baik,” ujarnya.
Sari juga mengingatkan bahwa persiapan desa wisata perlu melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah daerah dan stakeholder lainnya. “Untuk menjadi juara terbaik, tidak bisa hanya mengandalkan promosi. Semua pihak harus siap agar ketika wisatawan datang, mereka tidak merasa kesulitan atau bingung,” jelasnya.
Menurutnya, blue print tersebut juga harus memenuhi standar tertentu dan mendapatkan sertifikasi untuk memastikan kualitasnya. Hal ini penting agar para wisatawan bersedia mengeluarkan lebih banyak dana dan tertarik untuk tinggal lebih lama.
“Turis, terutama generasi Z, semakin tertarik pada pengalaman lokal. Survei menunjukkan bahwa mereka lebih suka berbaur dengan masyarakat setempat dan merasakan budaya lokal. Ini adalah peluang besar bagi desa wisata yang memiliki potensi untuk berkembang,” tambah Sari.
Sebagai informasi, beberapa desa wisata di Indonesia telah meraih penghargaan bergengsi, seperti Desa Wisata Jatiluwih di Bali dan Desa Wisata Wukirsari di Yogyakarta yang terpilih dalam kategori “Best Tourism Villages UN Tourism 2024”. Selain itu, pada Januari 2025, sebanyak 15 desa wisata Indonesia meraih penghargaan dalam ASEAN Tourism Awards yang diadakan di Johor Bahru, Malaysia.
Desa wisata Indonesia berhasil meraih penghargaan dalam kategori “5th ASEAN Homestay Award”, “4th ASEAN Community-Based Tourism (CBT) Award”, dan “3rd ASEAN Public Toilet Award”.