Jogja (RadarYogyakarta.com) – Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DIY, Surya Ananta, mengungkapkan bahwa jumlah kunjungan ke mal di wilayah DIY pada bulan Januari dan Februari 2025 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kunjungan mal tercatat lebih tinggi sekitar 30 persen.
Surya menjelaskan bahwa lonjakan kunjungan ini didorong oleh beberapa momen libur panjang pada awal tahun 2025, seperti libur Imlek dan Isra Miraj pada Januari. “Tingkat kunjungan meningkat sekitar 30 persen lebih dari sisi jumlah pengunjung,” ungkapnya pada Selasa (4/3/2025).
Meskipun demikian, Surya menekankan bahwa asosiasi hanya mengukur jumlah kunjungan, bukan besaran belanja yang dilakukan oleh pengunjung. Menurutnya, meskipun tingkat kunjungan meningkat, pola belanja masyarakat mengalami pergeseran. “Meskipun ada transaksi, belanja masyarakat kini lebih terarah. Sebagai contoh, jika sebelumnya dengan penghasilan 100 mereka membeli sepatu seharga 10, kini mereka menurunkan pengeluaran menjadi 8 atau bahkan 5,” jelas Surya.
Dengan adanya perubahan pola belanja ini, Surya mengimbau agar tenant di mal melakukan penyesuaian. “Tenant harus menyesuaikan produk mereka, menawarkan varian yang sesuai dengan anggaran konsumen. Penting bagi tenant untuk menyediakan pilihan dengan harga yang lebih terjangkau atau value for money,” lanjutnya.
Memasuki bulan Ramadan, Surya juga mencatat adanya perubahan dalam pola kunjungan pengunjung ke mal. Pada siang hari hingga sore, pengunjung cenderung lebih sedikit, dan aktivitas perbelanjaan baru mulai ramai pada sore hari menjelang berbuka puasa. Banyak pengunjung datang lebih awal untuk memesan tempat di restoran favorit sebelum berbuka puasa.
“Pada bulan puasa ini, kita melihat pengunjung datang lebih awal untuk berbuka di restoran, sambil ngabuburit atau sekadar berbelanja. Jadi, meskipun pagi hingga siang hari relatif lebih sepi, sore hari menjadi waktu puncak kunjungan,” pungkasnya.
Peningkatan kunjungan ini menjadi angin segar bagi sektor perbelanjaan di DIY, meskipun perlu adanya penyesuaian dari tenant untuk mengikuti perubahan perilaku konsumen yang lebih selektif dalam berbelanja.