Gunungkidul, RadarYogyakarta.com – Musim panen raya kacang tanah di Kabupaten Gunungkidul telah dimulai. Dinas Pertanian dan Pangan setempat mencatat, produksi pada musim tanam kedua tahun ini cukup menggembirakan dengan rata-rata hasil mencapai 3,68 ton per hektare.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono, menyampaikan bahwa musim tanam kedua berlangsung sejak Januari hingga Februari 2025. Memasuki pertengahan Mei, sejumlah wilayah mulai melakukan panen raya, seiring dengan masa pemeliharaan tanaman yang telah mencapai 90 hari.
“Panen sudah berlangsung di beberapa wilayah seperti Kapanewon Tanjungsari. Petani yang menanam pada awal Februari kini mulai memanen hasilnya,” ujar Raharjo, Senin (12/5/2025).
Dari hasil pengubinan yang dilakukan di lapangan, panen kacang kali ini terbilang menjanjikan. Dengan harga jual mencapai Rp22.000 per kilogram, potensi pendapatan dari satu hektare lahan bisa mencapai Rp44,4 juta.
“Secara volume, hasil panen mencapai 3,68 ton per hektare untuk kacang glondongan kering. Jika dikupas, bisa menghasilkan sekitar 1,8 hingga 2,24 ton kacang pipil kering,” jelasnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Tanjungsari, Marwoto, mengungkapkan bahwa kondisi tanaman cukup ideal berkat curah hujan yang masih turun di awal Mei. Hal ini memberikan tambahan nutrisi alami bagi tanaman kacang tanah yang tengah dalam fase akhir pematangan.
“Luas tanam kacang tanah di wilayah Tanjungsari mencapai 1.820 hektare, dan saat ini masih berlangsung panen raya,” terang Marwoto.
Ia menyebutkan bahwa hasil pengubinan menunjukkan variasi produksi antarwilayah. Di Kalurahan Ngestirejo, panen mencapai 3,68 ton per hektare. Sementara di Kalurahan Banjarejo, hasil mencapai 2,24 ton per hektare.
“Secara keseluruhan, kualitas panen musim ini lebih baik dibandingkan musim yang sama pada tahun lalu. Ini tentu berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani,” imbuhnya.
Dengan hasil yang menggembirakan tersebut, sektor pertanian di Gunungkidul terus menunjukkan peran strategisnya dalam menopang ekonomi lokal. Pemerintah daerah berharap tren positif ini bisa dipertahankan melalui dukungan teknis, penguatan kelembagaan petani, serta akses pasar yang semakin terbuka.