Jakarta (RadarYogyakarta.com) – Karet alam, sebagai bahan baku industri yang vital, memiliki berbagai macam penggunaan. Namun, di balik peranannya yang penting, industri karet menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah kekurangan tenaga kerja untuk menyadap karet. Proses penyadapan karet yang memerlukan tenaga fisik tinggi, jam kerja yang tidak menentu, dan tingginya angka penyakit akibat pekerjaan, membuat banyak negara penghasil karet, termasuk China, kesulitan mendapatkan pekerja.
Untuk mengatasi masalah ini, China mengembangkan robot penyadap karet yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi robotika. “Pengembangan robot penyadap karet bertujuan untuk mengatasi kekurangan petani karet yang semakin meningkat,” kata Cao Jianhua, Wakil Direktur Institut Penelitian Karet Alam di Akademi Ilmu Pertanian Tropis China.
Robot penyadap karet yang mobile ini dirancang untuk bergerak secara fleksibel di antara perkebunan karet dengan menggunakan platform bergerak yang dilengkapi lengan robotik. Teknologi navigasi medan adaptif dan perencanaan jalur otonom memungkinkan robot ini bekerja secara presisi, mengatur kedalaman penorehan pada pohon, ketebalan kupasan, dan pengukuran batang pohon, serta menyesuaikan diri dengan kondisi medan yang beragam.
Saat ini, robot ini mampu menyadap karet dengan kapasitas yang mencapai 80 persen dari proses manual, menunjukkan performa yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi. Robot ini sudah diuji coba di beberapa provinsi di China, termasuk Guangdong, Yunnan, dan Hainan, dan hasil getah karet yang dikumpulkan tidak dapat dibedakan dari yang diperoleh melalui cara manual.
Pada tahun 2015, Institut Penelitian Karet Alam di Akademi Ilmu Pertanian Tropis China mulai meneliti cara penyadapan karet secara mekanis, yang kemudian menghasilkan inovasi pisau elektrik portabel. Pisau ini telah diuji di Indonesia, Thailand, dan 13 negara penghasil karet utama lainnya. Kini, mesin penyadap karet terpasang dan robot penyadap mobile yang lebih canggih juga mulai dipromosikan secara global.
“China adalah pelopor dalam penelitian robot penyadap karet dan kami berada di garis depan dalam bidang ini,” ungkap Cao dengan bangga.
Robot penyadap ini dirancang untuk menangani perkebunan karet seluas 50 mu (sekitar 3,33 hektare), dengan kemampuan untuk mengembalikan biaya pembelian dalam waktu satu tahun, tergantung harga karet alam saat ini. Selain itu, tim peneliti tengah mengerjakan peningkatan teknis untuk meningkatkan efisiensi dan kemampuan adaptasi robot ini di medan yang lebih kompleks.
Ke depannya, pengguna robot ini dapat memonitor status operasional dan kondisi perkebunan karet melalui aplikasi ponsel pintar yang memanfaatkan big data dan AI untuk pengelolaan otomatis. Hal ini akan mengurangi beban pekerjaan fisik bagi para petani dan mempercepat proses penyadapan.
Robot ini akan diuji coba di beberapa perkebunan di Danzhou, Hainan, pada musim menyadap karet yang dimulai pada April mendatang. Beberapa perusahaan ban internasional, serta perusahaan perkebunan karet dari Indonesia dan Thailand, telah menunjukkan minat terhadap produk ini.
Setelah teknologi robot ini stabil, rencananya akan dipromosikan di negara-negara penghasil karet utama di Asia Tenggara dan wilayah sekitarnya, membuka potensi besar untuk memperkenalkan inovasi ini ke pasar global.