Radaryogyakarta.com – Penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: kotoran penguin, atau guano, ternyata menjadi sumber utama partikel aerosol amonia di Antartika. Partikel ini mendorong terbentuknya awan rendah yang mampu memantulkan sinar Matahari kembali ke luar angkasa, membantu menjaga suhu tetap dingin.
Temuan ini menegaskan betapa pentingnya hubungan antara kehidupan biologis dan sistem iklim global. Meski berukuran mikroskopis, partikel amonia dari guano dapat bereaksi dengan aerosol sulfur yang diproduksi alga laut, memicu reaksi berantai yang menghasilkan miliaran partikel kecil, yang berperan sebagai inti kondensasi awan.
Awan-awan rendah yang menutupi Samudra Selatan masih menjadi teka-teki besar dalam sistem iklim karena belum sepenuhnya dipahami bagaimana responsnya terhadap pemanasan global yang dipicu manusia. Studi terbaru menyebutkan bahwa lonjakan suhu global dari tahun 2023 hingga kini sebagian besar disebabkan oleh menipisnya tutupan awan tersebut.
“Saya selalu kagum bagaimana satu perubahan kecil bisa berdampak besar,” kata Matthew Boyer, peneliti atmosfer dari University of Helsinki, kepada Inside Climate News. Ia menambahkan bahwa interaksi antara ekosistem laut dan darat—termasuk kontribusi amonia dari penguin—menunjukkan keterkaitan kompleks dalam sistem iklim Bumi.
Penguin dan Perubahan Iklim
Rose Foster-Dyer, pakar ekologi laut dari Universitas Canterbury, menjelaskan bahwa penguin berevolusi dari burung terbang sekitar 60 juta tahun lalu dan berhasil melewati banyak fase iklim ekstrem dengan bermigrasi ke tempat-tempat yang aman secara iklim. Fosil dari ‘superkoloni’ penguin menunjukkan bahwa sekitar 4.000 hingga 2.000 tahun lalu mungkin ada kondisi iklim ideal bagi beberapa spesies.
Beragam jenis penguin menghuni habitat berbeda, sehingga dampaknya terhadap perubahan iklim pun tak seragam. Di Laut Ross, misalnya, perubahan lingkungan akibat iklim bisa membuka lebih banyak tempat berkembang biak untuk penguin Adélie, yang membutuhkan daratan daripada es untuk bertelur.
Foster-Dyer bahkan lebih optimis tentang masa depan penguin kaisar, spesies terbesar dari keluarga ini. Meski banyak prediksi menyebutkan populasi mereka akan menurun karena mencairnya es, ia percaya bahwa spesies ini cukup adaptif karena telah bertahan dari banyak periode iklim ekstrem sebelumnya.
Guano: Limbah yang Penting bagi Alam
Diperkirakan ada sekitar 20 juta pasang penguin bersarang di Antartika dalam koloni besar. Beberapa koloni bisa mencapai sejuta pasang, mencakup wilayah seluas beberapa kilometer persegi.
Jumlah guano yang dihasilkan belum diketahui secara pasti, tetapi dalam satu koloni bisa mencapai ratusan ton setiap tahun. Bahkan, keberadaan koloni baru berhasil diidentifikasi dari citra satelit berdasarkan jejak kotorannya.
Namun, habitat penguin kini terancam oleh laju pemanasan global yang sangat cepat. Perubahan suhu dan kondisi es laut mempengaruhi ketersediaan makanan dan kemampuan bertahan hidup mereka. Evolusi penguin yang lambat membuat mereka lebih rentan terhadap ancaman perubahan iklim dibanding spesies lainnya.