Washington, RadarYogyakarta.com – Sebuah survei baru-baru ini mengungkapkan bahwa mayoritas warga Amerika menentang rencana Presiden Donald Trump yang ingin “mengambil alih” Jalur Gaza dan menjadikannya sebagai “Riviera Timur Tengah.” Survei yang dilakukan oleh firma jajak pendapat Data for Progress menunjukkan bahwa 64 persen responden menolak gagasan tersebut.
Sebagian besar responden mengungkapkan penolakan tegas terhadap rencana ini, dengan 47 persen mengatakan mereka “sangat” menentang, sementara 17 persen lainnya “agak” menentangnya. Rencana Trump ini mendapat penolakan terbesar dari pemilih Demokrat, dengan 85 persen di antaranya menentang, sedangkan 43 persen pemilih Republik juga menolaknya. Meski demikian, 46 persen pemilih Republik mendukung ide tersebut.
Survei yang melibatkan 1.200 responden di seluruh Amerika Serikat ini menjelaskan bahwa usulan Trump tersebut mencakup “pemindahan paksa” sekitar 1,8 juta warga Palestina yang tinggal di Gaza ke negara-negara tetangga.
“Mayoritas pemilih menentang rencana AS untuk mengambil alih Gaza dan menggusur penduduk Palestina,” kata Data for Progress dalam laporan mereka.
Usulan ini mendapat kritik keras dari warga Palestina dan dunia Arab serta Muslim secara umum, terutama karena rencana tersebut muncul setelah gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2024. Gencatan senjata tersebut menghentikan serangan Israel yang telah berlangsung selama 15 bulan, yang menewaskan lebih dari 48.200 orang dan menghancurkan wilayah Gaza.
Selain itu, Israel telah memberlakukan blokade terhadap Gaza selama bertahun-tahun, yang menjadikannya sebagai penjara terbuka terbesar di dunia. Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, hampir 2 juta dari 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi, menghadapi kekurangan pangan, air, dan obat-obatan.