Jakarta (RadarYogyakarta.com) – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menyatakan bahwa pemerintah Indonesia masih dalam tahap eksplorasi untuk mengoptimalkan pengembangan teknologi kecerdasan artifisial (AI), salah satunya melalui penerapan teknologi dari DeepSeek.
“Kami masih mempelajari perkembangan teknologi ini karena merupakan inovasi yang terus berkembang. DeepSeek menawarkan potensi yang menarik dan bisa menjadi alternatif dalam pengembangan AI di Indonesia,” ujar Nezar Patria, saat ditemui di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Jakarta Pusat, Senin (17/2).
Pernyataan tersebut disampaikan Nezar seiring dengan kebijakan sejumlah negara yang kini melarang atau membatasi operasional DeepSeek di wilayah mereka. Langkah tersebut terkait dengan kekhawatiran akan potensi ancaman terhadap keamanan siber.
DeepSeek, yang baru-baru ini mencuri perhatian dunia dengan merilis model AI terbaru mereka, DeepSeek R1, telah menawarkan layanan serupa dengan ChatGPT milik OpenAI. Layanan ini dapat digunakan secara gratis oleh banyak pengguna, namun perusahaan teknologi asal Tiongkok tersebut menghadapi sejumlah pembatasan di berbagai negara yang khawatir akan dampak dari teknologi ini.
Beberapa negara yang telah mengambil langkah pembatasan terhadap DeepSeek antara lain Korea Selatan, Italia, Australia, dan Taiwan. Namun, Indonesia memiliki pandangan yang berbeda. Pemerintah Indonesia melihat DeepSeek sebagai teknologi yang memiliki potensi besar untuk dipelajari dan diadaptasi sebagai bagian dari upaya pengembangan inovasi dan solusi berbasis kecerdasan artifisial.
“Kami sebagai negara yang tengah fokus pada pengembangan teknologi AI tentu saja terbuka untuk mempelajari berbagai perkembangan yang ada, termasuk dari DeepSeek,” kata Nezar.
Sebagai langkah awal dalam mengembangkan ekosistem AI, pemerintah Indonesia telah menyiapkan regulasi yang lebih lunak, yaitu Surat Edaran (SE) Menkominfo Nomor 9 Tahun 2023. Peraturan tersebut bertujuan untuk mengatur etika penggunaan kecerdasan artifisial di Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga telah melakukan pengukuran Readiness Assessment Method (RAM) untuk kesiapan pengembangan AI yang didukung oleh UNESCO, yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana infrastruktur dan kebijakan yang ada siap menyongsong kemajuan teknologi ini di Indonesia.
Dengan berbagai inisiatif tersebut, Indonesia berupaya untuk terus mengembangkan ekosistem AI yang aman dan bermanfaat, serta membuka ruang bagi teknologi baru yang dapat mendukung kemajuan industri digital di Tanah Air.