Gunungkidul, RadarYogyakarta.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang kerap terjadi selama masa pancaroba atau peralihan musim dari hujan ke kemarau.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Purwono, menegaskan bahwa pihaknya terus menjalin koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) guna memantau perkembangan cuaca terkini. Ia menjelaskan bahwa meskipun intensitas hujan mulai menurun, potensi bencana masih cukup tinggi akibat perubahan cuaca yang berlangsung cepat dan tidak menentu.
“Masyarakat harus tetap siaga. Saat ini masih dalam masa pancaroba yang ditandai dengan cuaca berubah drastis, pagi bisa cerah, sore mendung hingga hujan lebat disertai angin kencang,” ujar Purwono, Senin (12/5/2025).
Sebagai contoh, ia menyebutkan bahwa hujan deras yang terjadi pada Jumat (9/5/2025) mengakibatkan belasan rumah rusak dan sejumlah pohon tumbang akibat terpaan angin kencang. Sementara itu, meski hujan deras sempat mengguyur wilayah Gunungkidul pada Minggu (11/5/2025) malam, tidak dilaporkan adanya kerusakan.
“Jangan sampai lengah hanya karena belum ada dampak. Kewaspadaan tetap harus dijaga,” tambahnya.
Untuk meminimalisir risiko, BPBD mengimbau masyarakat agar aktif memantau informasi prakiraan cuaca dari BMKG dan melakukan langkah preventif di lingkungan masing-masing. Salah satu upaya yang dianjurkan adalah membersihkan saluran air untuk mencegah genangan atau banjir, serta memangkas dahan dan ranting pohon yang sudah lapuk atau terlalu rindang guna menghindari potensi tumbang.
“Ini bagian dari mitigasi. Gotong royong membersihkan drainase dan memangkas pohon bisa mengurangi dampak saat cuaca buruk melanda,” jelas Purwono.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Sumadi, menambahkan bahwa awal musim kemarau diperkirakan mulai terjadi pada akhir Mei. Mengantisipasi kemungkinan kekeringan, pihaknya telah menyiapkan 1.500 tangki air bersih untuk didistribusikan ke wilayah terdampak.
“Alokasinya masih dalam pagu anggaran. Realisasi akan disesuaikan dengan hasil koordinasi dan pemetaan wilayah rawan kekeringan bersama para kapanewon,” kata Sumadi.
Ia juga mengungkapkan bahwa beberapa kapanewon telah menyiapkan anggaran sendiri untuk kebutuhan droping air secara mandiri. Namun, rincian jumlah anggaran tersebut masih menunggu hasil koordinasi lebih lanjut.
“Kalau ternyata ada kekurangan dari kapanewon, kami siap memberikan bantuan tambahan dari BPBD,” tegasnya.
Dengan ancaman bencana yang bisa muncul sewaktu-waktu di masa transisi cuaca, BPBD mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersikap proaktif dan tidak mengabaikan potensi risiko, baik akibat angin kencang, banjir, maupun kekeringan di masa mendatang.